Selasa, 27 Agustus 2013

Sepotong sore yang menyenangkan



Seperti biasa, kalo sore jam setengah 4, anak-anak madrasah berlarian cepat menuju rumahku untuk mengaji. berharap mendapat antrian pertama agar bisa langsung main, pikir mereka -pun denganku dulu. bapakku sengaja meninggalkan mereka untuk menunaikan sholat ashar dulu agar mereka nderes (tadarus) dulu. bapak selalu marah kalo ngajinya belum bener, dan bilang "makanya kalo sebelum setor ngaji di deres dulu biar lancar. jadi kan bisa cepet main kaliannya". dan sepertinya kata-kata tersebut cukup ampuh untuk membuat mereka mau nderes. Sebenarnya niat tersebut itu agar mereka tidak meributkan antrian ngaji dan memperbaiki bacaan. toh kalo mereka lancar juga tidak akan lama-lama dan kesorean.
Sore ini, aku duduk-duduk diteras belakang untuk membaca novel karena didalemnya untuk tempat mereka ngaji. Salah satu anak telah selesai ngaji. dan seperti biasa, bapak selalu memberi makanan pada mereka. apapun itu, kadang permen, wafer, makanan berkat seperti lemper, koci, wajik, pisang, bugis dan lain sebagainya. karena hari ini banyak undangan tahlil, maka tema makanannya adalah makanan berkat. Salah seorang anak laki-laki kecil berbaju kotak-kotak hijau dengan topi kopiah putih laiknya pak haji, berumuran sekitar 8 tahun selesai ngaji. dia keluar dan duduk diteras, disampingku, memasukkan qur'annya dengan susah payah karena qur'annya besar dan pas sekali dengan ukuran tasnya, sehingga dia kesusahan menutup resleting tasnya. lalu dia memakan koci pemberian bapak dengan lahap. mungkin kecapaian setelah madrasah langsung ngaji. aku mengamatinya dari awal dia duduk disampingku. ternyata dia tidak sadar aku mengamatinya daritadi, dia baru tersadar setelah selesai makan koci. dia tersenyum malu-malu dan akupun membalas senyumnya dengan menahan tawa. setelah itu dia langsung lari, pulang. Aku tertawa melihat dia salting(salah tingkah) diliatin daritadi. Tidak lama setelah itu keluar dua orang anak perempuan mengenakan pakaian berwarna serba pink. dari atasan sampai bawahan, begitupun dengan tas dan buku-buku didalamnya. yang satu agak pendek & gendut, yang satunya lagi biasa aja seukuran anak-anak seumuran mereka. mereka juga duduk diteras, disampingku. Aku kembali menahan tawa mendengar percakapan mereka.
"eh, tukeran dong snacknya. Aku pengen lemper aja. Kamu yang bugis " kata seorang perempuan yang agak pendek & gendut.
"ga mau ah, saya pengen lemper juga. Sedang lapar sayanya, tadi siang belum makan " jawab seorang perempuan yang lebih tinggi.
"sama saya juga laper. Yaudah, kita bagi dua aja yuk ". Usul anak perempuan yang agak pendek & gendut.
Akhirnya merekapun membagi rata makanan mereka. Ah, persahabatan yg indah. Akupun melanjutkan membaca novel, namun tiba-tiba seorang bapak-bapak memberhentikan sepeda motornya persis didepan rumah. Aku kikuk karena tidak sedang memakai kerudung. Ternyata beliau mencari anaknya yang ngaji disini.
“nok, Adi kemana?” tanya bapak itu.
(nok : panggilan untuk anak-anak didesa kami)
“Adinya udah pulang, Paman. Lari sama temennya.” Kata Wulan. Salah satu anak yang ngaji yang saya kenal karena dia sudah lama sekali ngaji disini.
Akhirnya bapak tersebut langsung membalikkan motornya dan pulang. Aku penasaran dan akhirnya memanggil Wulan.
“siapa tadi, Lan?” tanyaku
“ayahnya Adi, mba.” Jawabnya singkat lalu kembali main.
“adi sih siapa ?”tanyaku lagi
“adi tuh yang tadi pake baju hijau kotak-kotak tuh, mba.” Jelasnya
Akupun kembali tersenyum setelah mendengarkan penjelasan Wulan. Ternyata anak yang dicari oleh bapak tersebut adalah anak laki-laki yang tadi makan koci disampingku dan salting lalu lari menyusul temannya. Dan akhirnya aku tidak jadi melanjutkan membaca novel, malah sibuk memperhatikan mereka bermain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar